Ribuan Babi Mati di Sumut: Dampak Kolera dan Demam Babi Afrika

Dilaporkan ribuan ekor babi mati di Sumatera Utara karena diduga akibat tersebarnya virus Kolera Babi dan juga Demam Babi Afrika (African Swine Fever atau ASF). Jika virus ini berbahaya bagi bagi, apakah virus ini juga berbahaya bagi manusia?

Virus ASF (African Swine Fever)

Riahta Tarigan, perempuan 66 tahun, duduk termenung lesu dan kurang bersemangat menanti pelanggannya untuk singgah ke lapak daging babi yang ia miliki di pinggir jalan Jamin Ginting Medan, Sumatera Utara. Daging babi yang mana digantungnya seperti biasa, maupun yan sudah dipotong-potongnya, tidak jua dilirik oleh pembeli.

Ibu dari 2 anak ini mengatakan bahwa akhir-akhir ini sepi pembeli karena adanya dampak dari pemberitaan matinya ribuan ternak babi yang terjadi di berbagai daerah di Sumut. “Sudah takut orang makan daging babi setelah mengetahui berita itu, jualan kami jadi sepi,” ungkapnya.

Ia juga menerangkan bahwa biasanya dalam 1 hari, ia bisa menuual paling tidak 2 ekor babi yang beratnya bisa mencapai 200 kg. tapi sekarang, ia mengaku, bahwa untuk menghabiskan 50 kg daging babi dalam sehari saja sangat amat sulit. Paling banyak, menurutnya, ia Cuma bisa menjual 20kg daging babi dalam sehari. Itu juga dengan harga yang jauh lebih murah dari biasanya.

Seorang pengusaha lainnya di Medan, Dahniar Saragih (75) mengaku bahwa kasus kematian babi yang mana diikuti dengan pembuangan bangkainya ke sungai, sangat amat memukul para pengusaha. Ia mengaku selama ini keuntungan yang dapat diperolehnya bisa mencapai angka Rp. 6 juta per hari. Akan tetapi sekarang pendapatannya menurun sangat amat drastis.

“Sekarang dapat Rp. 200.000 per hari saja sudah syukur. Itu pun sulit,” katanya.

Sementara itu, Desman Hutagaol (38), seorang warga Medan yang mengaku sangat menggemari babi mengaku bahwa sekarang ia takut mengonsumsi babi karena khawatir tertular penyakitnya. “Tentu saja takut, namun saya tetap makan daging babi sedikit saja, tak rutin seperti biasanya,” katanya dilansir dari BBC Indonesia.

Sampai dengan awal pekan ini, jumlah babi yang dilaporkan mati mencapai sebanyak 4.682 ekor yang tersebar di 11 Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Utara, yaitu di Dairi, Deli Serdang, Humbang Hasundutan, Serdang Bedagai. Toba Samosir, Medan, Tapanuli Utara, Karo, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah dan juga Samosir.

Ratusan bangkai babi juga ditemukan mengambang di sepanjang aliran sungai Bederah, Medan Marelan. Di Kabupaten Dairi misalnya, bangkai babi pasalnya mencemari aliran sunga desa Karing, Kacamatan Berampu. Warga di sana mengeluhkan bau busuk yang sumbernya dari bangkai babi itu. padahal, aliran idtogel sungai itu biasanya dipakai oleh para arga untuk mandi, mencuci dan bahkan minum air.

Bahaya Untuk Manusia?

Menanggapi berita ini, Fajar Sumping selaku Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, mengatakan bahwa hasil uji laboratorium menunjukkan matinya ribuan babi itu disebabkan oleh virus ASF (Kolera babi dan demam babi Afrika).

“Baik Kolera dan ASF ini tidak menular ke manusia (tidak zoonisis), jadi tidak membahayakan kesehatan manusia,” ungkap Fajar dikutip dari BBC Indonesia.

Virus ini, menurutnya, juga tidak menyebar ke hewan lainnya namun hanya menyebar dari satu babi ke babi lainnya. ia menambahkan bahwa konsumsi daging babi tak bahaya karena virusnya mati jika dimasak ataupun dipanaskan namun ia tak menganjurkan karena penyembelihannya bisa membuat babi-babi lainnya yang ada di peternakan ikut tertular penyakit ini.